Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah4 | Junait
A.
Latar Belakang
B.
Pengertian
C.
Tujuan
D.
Alasan Diterapkannya
MPMBS
A.
Pengertian
B.
Pola Bary Manajemen
Pendidikan Masa depan
C.
Konsep Dasar MPMBS
D.
Karakteristik MPMBS
1. Output yang diharapkan
2. Proses
E.
Fungsi-Fungsi yang
Didesentralisasakan ke
Sekolah
1. Pengelolaan Proses
Belajar Mengajar
2. Perencanaan dan Evaluasi
3. Pengelolaan Kurikulum
4. Pengelolaan Ketenagaan
5. Pengelolaan Fasilitas
6. Pengelolaan Keuangan
7. Pelayanan Siswa
8. Hubungan Sekolah
Masyarakat
9. Pengelolaan Iklim
Sekolah
F.
Prakondisi MPMBS
A.
Rasional dan Tujuan
B.
Tahap-tahap Pelaksanaan
1. Melakukan Sosialisasi
2. Merumuskan Visi, Misi,
Tujuan, dan Sasaran
Sekolah
3. Mengidentifikasi Fungsi-
Fungsi yang Diperlukan
untuk Mencapai Sasaran
4. Melakukan Analisis
SWOT.
5. Alternatif Langkah Peme-
cahan Persoalan.
6. Menyusun Rencana Pe-
ningkatan Mutu.
7. Melaksanakan Pening-
katan Mutu.
8. Melakukan Monitoring
dan Evaluasi Pelaksana-
an.
9. Merumuskan Sasaran
Mutu Baru.
C.
Tugas dan Fungsi Jajaran
Birokrasi.
1. Direktorat PLP
2. Dinas Pendidikan Propin-
si.
3. Dinas Pendidikan Kabu-
paten/Kota.
4. Sekolah.
BAB
IV
KONSEP
MONITORING DAN EVALUASI
A.
Rasional dan Tujuan
B.
Komponen-komponen
MPMBS yang Dimonitor dan
Dievaluasi
C.
Jenis Monitoring dan Evalu-
asi
BAB
V
PENUTUP
|
BAB
IV
KONSEP
MONITORING
A. Rasional dan Tujuan
Monitoring
dan evaluasi merupakan bagian integral dari pengolahan
pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi), maupun
makro (Departemen). Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa
dengan monitoring dan evaluasi, kita dapat mengukur tingkat
kemajuan pendidikan pada tingkat Sekolah, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, dan Departemen.
Tanpa
pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu
sekolah mengalami kemajuan atau tidak, Monitoring dan evaluasi,
pada umumnya, menghasilkan informasi yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan. Karena itu, monitoring dan
evaluasi yang bermanfaat adalah monitoring dan evaluasi yang
menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk
pengambilan keputusan.
Penerapan
MPMBS juga memerlukan monitoring dan evaluasi secara intensif
dan dilakukan secara terus-menerus. Dengan monitoring dan
evaluasi, kita dapat menilai apakah MPMBS benar-benar mampu
meningkatkan mutu pendidikan. Jika MPMBS kurang berhasil,
apanya yang salah? Karena itu, dengan monitoring dan evaluasi,
kita juga dapat memperbaiki konsep dan pelaksanaan MPMBS.
Adalah
pada komponen proses MPMBS, baik menyangkut proses pengambilan
keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Sedang evaluasi
merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang
hasil MPMBS. Jadi fokus evaluasi adalah pada hasil MPMBS.
Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan sasaran yang
telah ditetapkan. Jadi hasil sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan, berarti MPMBS efektif. Sebaiknya hasil tidak
sesuai dengan yang telah ditetapkan, maka MPMBS dianggap tidak
efektif (gagal). Oleh karena itu, sebaiknya setiap sekolah
yang melaksanakan MPMBS diharapkan memiliki data-data tentang
prestasi siswa sebelum dan sesudah MPMBS. Hal ini penting
untuk dilakukan agar sekolah dengan mudah untuk membandingkan
prsetasi siswa sebelum dan sesudah MPMBS ada peningkatan
prestasi yang signifikan dibanding sebelum MPMBS, maka hal ini
dapat diduga bahwa MPMBS cukup berhasil.
Monitoring
dan evaluasi MPMBS bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil monitoring
dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik) bagi
perbaikan pelaksanaan MPMBS. Sedang hasil evaluasi dapat
memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi
masukan terhadap keseluruhan komponen MPMBS, baik pada konteks,
input, proses, ouput, maupun oucame-nya.
Masukan-masukan dari hasil monitoring dan evaluasi akan
digunakan untuk pengambilan keputusan.
B. Komponen-komponen MPMBS yang Dimonitor dan Dievaluasi
MPMBS
sebagai sistem, memiliki komponen-komponen yang saling terkait
secara sistematis satu sama lain, yaitu input, proses,
output dan outcome.
Konteks
adalah ekternallitas sekolah berupa demand and support
(permintaan dan dukungan) yang mempengaruh pada input
sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama artinya dengan
istilah kubutuhan. Dengan demikian, evaluasi konteks berarti
evaluasi tentang kebutuhan (needs assessment).
Input
adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang
dimaksud tidak harus berupa barang, tetapi juga dapat berupa
perangkat-perangkat lunak dan harapan-harapan sebagai pemandu
bagi berlangsungnya proses. Secara garis besar, input
dapat diklarifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan, sumberdaya,
dan input manajemen. Harapan-harapan terdiri dari visi,
misi, tujuan, sasaran. Sumberdaya dibagi menjadi dua yaitu
sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan,
perlengkapan, bahan). Input manajemen terdiri dari tugas,
rencana, program, regulasi (ketentuan-ketentuan, limitasi,
prosedur kerja, dan sebagainya), dan pengendalian atau
tindakan turun tangan. Untuk lebih rincinya, lihat uraian
input pada BAB II. Essensi evaluasi pada input
adalah untuk mendapatkan informasi tentang ”ketersediaan dan
kesiapan” input sebagai prasyarat untuk
berlangsungnya proses.
Proses
adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam
MPMBS sebagai sistem, proses terdiri dari; proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengolahan
program, proses belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan
proses akuntanbilitas. Dengan demikian, fokus evaluasi pada
proses adalah pemantauan (monitoring) implementasi MPMBS,
sehingga dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau
inkonsistensi antara rancangan/disain MPMBS semula dengan
proses implementasi yang sebenarnya. Konsistensi antara
rancangan dan proses pelaksanaan akan mendukung tercapainya
sasaran, sedang inkonsistensi akan menjurus kepada kegagalan
MPMBS. Dengan didapatkan informasi inkonsistensi tersebut,
segera dapat dilakukan koreksi/pelurusan terhadap pelaksanaan.
Ouput
adalah hasil nyata dari pelaksanaan MPMBS. Hasil nyata
yang dimaksud dapat berupa prestasi akademik (academic
achievement), misalnya, nilai EBTA, EBTANAS, dan peringkat
lomba karya tulis, maupun prestasi non-akademik (non-academic
achivement), misalnya IMTAQ, kejujuran, kedisiplinan, dan
prestasi olah raga, jesenian, dan kerajinan. Fokus evaluasi
pada output adalah mengevaluasi sejauh mana sasaran (immediate
objectives) yang diharapkan (kualitas, kuantitas, waktu)
telah dicapai oleh MPMBS. Dengan kata lain, sejauhmana
“hasil nyata sesaat” sesuai dengan “hasil/sasaran yang
diharapkan”. Tentunya makin besar kesesuaiannya, makin besar
pula kesuksesan MPMBS.
Outcome
adalah hasil MPMBS jangka panjang, yang berbeda dengan outcome
yang hanya mengukur hasil MPMBS sesaat/jangka pendek. Karena
itu, fokus evaluasi outcome adalah pada dampak MPMBS
jangka panjang, baik dampak individual (tamatan SLTP),
institusional (SLTP) dan sosial (masyarakat). Untuk melakukan
evaluasi ini, pada umumnya digunakan analisis biaya-manfaat (cost-benefit
analysis).
C. Jenis Monitoring dan Evaluasi : Internal dan Eksternal
Ada
dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal dan
eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal
adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah
sendiri. Pada umumnya, pelaksana monitoring dan evaluasi
internal adalah warga sekolah sendiri yaitu kepala sekolah,
guru, siswa, orang tua siswa, guru bimbingan dan penyuluhan,
dan warga sekolah lainnya. Tujuan utama monitoring dan
evaluasi internal sekolah adalah untuk mengetahui tingkat
kemajuan dirinya sendiri (sekolah) sehubungan dengan sasaran
yang telah ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud monitoring dan
evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang
dilakukan oleh pihak eksternal sekolah (extenal
institution), misalnya Dinas Pendidikan, Pengawas, dan
Perguruan Tinggi, atau gabungan dari ketiganya. Hasil
monitoring dan evaluasi ekternal dapat digunakan untuk;
rewards system terhadap individu sekolah, meningkatkan iklim
kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas publik,
memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membantu
sekolah dalam mengembangkan dirinya.
BAB VPENUTUP
Berbagai
kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh
banyak faktor, salah satunya adalah manajemen pendidikan.
Dalam kenyataan, manajemen pendidikan yang selama ini bersifat
sentralistik telah menempatkan sekolah pada posisi marginal,
kurang berdaya, kurang mandiri, dan bahkan terpasung
kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas terdorong untuk melakukan
reorientasi penyelenggaran pendidikan dari manajemen
peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah (MPMBS). Dengan MPMBS ini,
Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Direktorat
Pendidikan Menengah Umum berkemauan kuat dan bertekat bulat
mengupayakan pengembangan SLTP/Dikmenum dapat terjadi dan
mengakar di sekolah.
Pergeseran
pendekatan manajemen ini jelas memerlukan
penyesuaian-penyesuaian, baik secara teknis maupun kultural.
Penyesuaian secara teknis dapat dilakukan melalui penataran,
lokakaerya, seminar, dan diskusi tentang MPMBS. Sedang
penyesuaian secara kultural dapat dilakukan melalui manajemen
pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai terbentuk
karakter MPMBS kepada semua warga sekolah.
|
Komentar
Posting Komentar