Info Pramuka/PMR : Materi Bantuan Hidup Dasar dan RJP | Junait

BANTUAN HIDUP DASAR
DAN
RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP )
Oleh
Junait, S.Pd., M.Si.
Komponen – komponen yang berhubungan dengan sirkulasi :
  1. Jantung
  2. Pembuluh darah ( Arteri, Vena, dan Kapiler )
  3. Darah dan bagiannya
Jantung berfungsi untuk memompa darah dan kerjanya sangat berhubungan dengan sistem pernapasan.
Jantung dapat berhenti karena :
  1. Penyakit Jantung
  2. Gangguan Napas
  3. Syok
  4. Komplikasi penyakit lain
Pengertian Mati
Istilah mati ada dua :
  1. Mati Klinis
Ciri dan tanda : Tidak adanya pernapasan dan denyut nadi.
Mati klinis memiliki pengertian bahwa pada saat melakukan pemeriksaan penderita, penolong tidak menemukan adanya pernapasan dan denyut nadi yang berarti sistem pernapasan dan peredaran darah terhenti. Pada kasus ini penanganan yang baik masih memberikan kesempatan kedua sistem tersebut berfungsi kembali.
  1. Mati Biologis
Kematian yang mutlak dan pernapasan serta denyut nadi tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berfungsi. Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit setelah henti jantung.
Ciri dan tanda :
a)      Lebam Mayat
Muncul sekitar 20-30 menit setelah kematian, darah akan berkumpul pada bagian tubuh yang paling rendah akibat daya tarik bumi.
b)      Kaku Mayat
Kaku pada tubuh dan anggota gerak setelah meninggal. Biasanya terjadi antara 1-2 jam sesudah kematian.
c)      Pembusukan
Timbul setelah 6-12 jam setelah kematian. Ditandai dengan bau busuk yang sangat tidak enak dan jenazah biasanya sudah membusuk, akibat keadaan suhu, kelembaban, dan lainnya.
d)      Tanda lain ( cedera mematikan )
Cedera yang dimaksud adalah cedera yang bentuknya sedemikian parah sehingga hampir dapat dipastikan penderita tersebut tidak memungkinkan untuk hidup.
BANTUAN HIDUP DASAR
Bantuan hidup dasar merupakan beberapa cara sederhana yang dapat mempertahankan hidup seseorang untuk sementara.
Seseorang dapat meninggal karena terjadi kegagalan dari salah satu system di bawah ini :
  1. Sistem susunan syaraf pusat (ssp)
  2. Sistem pernapasan
  3. System kardiosvaskuler
WORLD FEDERATION OF SOCIETIES OF ANESTHESIOLOGISTS dan American Heart Association mengembangkan metode RJP syaraf pusat yang mudah diingat dengan urutan abjad A-B-C-D-F-G-H-I yang harus dilakukan dengan arah yang tepat. Metode tersebut terdiri dari 3 fase dan 9 langkah :
FASE I     Bantuan Hidup Dasar
                  A – Airway Control ( Penguasaan jalan Napas )
                  B – Breathing support ( Ventilasi buatan dan oksigensi paru darurat )
                  C – Circulation Support ( Pengenalan ada/tidaknya denyut nadi )
FASE II    Bantuan Hidup Lanjut
                  D – Drugs And Fluids ( Pemberian obat dan cairan )
                  E – Electro Cardiography
                  F -  Fibrillation Treatment
FASE III Bantuan Hidup Jangka Lama ( Perawatan pasca Resusitasi )
                        G – Gauging
                        H – Human Mentation ( Resusitasi Syaraf Pusat )
                        I – Intesive Care
Para anggota KSR, TSR dan PMR sebaiknya menguasai metode RJP Fase I yang berupa Bantuan Hidup Dasar, Fase II dan Fase III agar diserahkan kepada tenaga Profesional ( Dokter ) dalam bidang tersebut.
AIRWAY CONTROL ( PENGUASAAN JALAN NAPAS )
Beberapa cara yang digunakan untuk membebaskan jalan napas
1.      Angkat Dagu Tekan Dahi ( ADTD )
Teknik ini dilakukan pada penderita yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher, maupun tulang.
Caranya ;
a.       Letakan tangan anda pada dahi penderita, gunakan tangan yang paling dekat dengan kepala penderita.
b.      Tekan dahi sedikit mengarah kebelakang dengan telapak tangan sampai kepala penderita terdorong kebelakang.
c.       Letakan ujung jari tangan yang lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang bawah.
d.      Angkat dagu kedepan, lakukan gerakan ini bersamaan tekan dahi sampai kepala penderita pada posisi ekstensi ( menengadah ) maksimal. Pada pasien bayi dan anak kecil dilakukan sampai maksimal tetapi sedikit ekstensi.
e.       Pertahankan tangan didahi penderita untuk menjaga posisi kepala tetap kebelakang.
f.       Buka mulut penderita dengan memanfaatkan ibu jari tangan yang menekan dagu.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan tekhnik ini ;
a.       Bagi penderita yang masih bayi, gerakan ekstensi kepala tidak boleh maksimal
b.      Tangan jangan menekan dijaringan lunak dagu
c.       Jangan gunakan ibu jari untuk mengangkat dagu
d.      Awasi mulut penderita agar tetap terbuka
e.       Jika penderita dengan gigi palsu, cobalah pertahankan pada posisinya tetapi jika mengganggu/sulit dipertahankan sebaiknya dilepas gigi palsu tersebut.
2.      Perasat Pendorongan Rahang Bawah ( Jaw Thrust Maneuver )
Gunakan tekhnik ini jika penderita mengalami trauma patah tulang belakang atau curiga trauma tulang belakang.
Caranya :
a.       Berlutut disisi atas kepala penderita, letakan kedua siku penolong sejajar dengan posisi penderita, kedua tangan memegang sisi kepala
b.      Kedua sisi rahang bawah dipegang ( Jika Pasien anak/bayi gunakan 2 atau 3 jari pada sisi rahang bawah )
c.       Gunakan kedua tangan untuk menggerakan rahang bawah ke posisi depan secara perlahan. Gerakan ini mendorong lidah keatas sehingga jalan napas terbuka.
d.      Pertahankan posisi mulut penderita tetap terbuka
3.      Pemeriksaan Jalan Napas
Pemeriksaan jalan napas pada penderita yang tidak ada respon :
a.       Berlututlah dekat penderita
b.      Silangkan ibu jari dan telunjuk penolong
c.       Letakan ibu jari pada gigi seri bawah penderita dan telunjuk pada gigi seri atas
d.      Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut penderita
e.       Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan, benda padat, termasuk patahan gigi atau gigi palsu yang terlepas, yang mungkin dapat menyumbat jalan napas
f.       Terakhir dengarkan suara napas tambahan yang merupakan petunjuk adanya sumbatan ( mengorok, kumur, suara frekuensi tinggi, suara seperti tercekik.
4.      Sapuan Jari (Heimlich Manuever)
Teknik ini dilakukan pada penderita yang tidak sadar :
Caranya :
a.       Balikan penderita pada sisi kiri ( jangan dilakukan bila ada cedera leher atau tulang belakang )
b.      Buka mulut penderita dan lihat kedalam
c.       Masukan jari diantara pipi bagian dalam dan gigi sampai geraham yang paling belakang
d.      Bentuk jari seperti kait lalu upayakan pengambilan benda yang menyumbat tersebut
BREATHING SUPPORT ( BANTUAN PERNAPASAN )
Bila pernapasan seorang berhenti maka penolong harus berupaya untuk memberikan bantuan pernapasan.
Ada beberapa tekhnik yang dikenal untuk memberikan bantuan pernapasan buatan :
  1. Menggunakan mulut penolong
a.       Mulut ke masker RJP
b.      Mulut ke APD
c.       Mulut ke mulut / mulut ke hidung
  1. Menggunakan alat Bantu
Kantung masker berkatup
Frekuensi Pernapasan Buatan :
- Dewasa               12 – 20 X Pernapasan/Menit
- Anak                   25 – 50 X Pernapasan/Menit
- Bayi                    30 – 60 X Pernapasan/Menit
Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernapasan
  1. Penyebaran penyakit
  2. Kontaminasi bahan kimia
  3. Muntahan penderita
Beberapa tanda pernapasan :
  1. Mencukupi
§  Dada dan perut bergerak naik turun seirama dengan pernapasan
§  Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut/hidung
§  Penderita tampak nyaman
§  Frekuensinya cukup ( Nilai Normal )
  1. Tidak Mencukupi
§  Gerakan Dada kurang baik
§  Ada suara napas bantuan
§  Kerja otot Bantu napas
§  Sianosis ( Kulit Kebiruan )
§  Frekuensi kurang atau berlebihan
§  Perubahan status mental ( Gelisah, Cemas )
  1. Tidak Bernapas
§  Tidak ada gerakan dada atau perut
§  Tidak terdengar aliran udara melalui mulut atau hidung
§  Tidak terasa hembusan napas dari mulut atau hidung
Penyebab terjadinya gangguan pernapasan :
§  Sumbatan jalan napas
§  Defresi pusat napas di otak
§  Kelemahan atau kekejangan otot pernapasan
Tanda – tanda henti napas :
§  Tidak ada pergerakan dada dan perut
§  Tidak terasa hembusan lewat hidung/mulut
§  Pada pemeriksaan dengan cermin didepan lubang hidung tidak terdapat uap air
Tanda – tanda henti jantung
§  Korban tidak sadar
§  Denyut nadi besar tidak teraba
§  Napas berhenti atau mengap – mengap
§  Warna kulit pucat sampai kelabu
§  Orang – orangan mata ( Pupil ) melebar
§  Korban tampak seperti mati
Tekhnik pemberian bantuan pernapasan
§  Nilai respon penderita, jika perlu mintalah pertolongan
§  Buka jalan napas, gunakan tekhnik angkat dagu tekan dahi atau perasat pendorong rahang bawah
§  Lakukan pemeriksaan napas, lihat, dengar dan rasakan ( LDR ) selama 3 – 5 detik
§  Jika penderita tidak bernapas, posisikan mulut penolong sedemikian rupa sehingga seluruh mulut atau hidung ( keduanya pada bayi dan anak ) tertutup rapat, tidak ada udara yang bocor. Jepitlah dengan baik kedua cuping hidung penderita sehingga udara tidak bocor, jangan menariknya.
§  Berikan dua kali bantuan pernapasan awal, tiupannya harus merata dan jumlahnya harus cukup ( dada bergerak naik ) bila udara ternyata tidak masuk maka upayakan reposisi untuk membuka jalan napas, kembali lalu tiup kembali.
§  Lakukan pemeriksaan nadi karotis, selama 5 – 10 detik
§  Jika nadi karotis berdenyut, maka teruskan pemberian napas buatan sesuai dengan kelompok usia
§  Nilai pernapasan yang kita berikan apakah sudah cukup baik, hal ini ditandai dengan gerakan naik turunnya dada dengan baik
§  Bila upaya memberikan napas bantuan gagal maka upayakan memposisikan kembali kepala penderita. Nilai juga kemungkinan adanya sumbatan
Langkah – langkah Bantuan Pernapasan :
1.      Respon / ASNT
2.      Minta bantuan
3.      Buka jalan napas ( tekan dahi angkat dagu )
4.      Lihat, Dengar, Rasakan ( LDR )
5.      2 x tiupan cepat
6.      Cek nadi karotis
7.      12 x tiupan
8.      Cek nadi karotis
9.      Lihat, Dengar, Rasakan ( LDR )
10.  Posisi stabil/pemulihan
CIRCULATION SUPPORT ( Bantuan Sirkulasi )
Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah pijatan jantung luar. Kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
Dewasa                 : 4 - 5 cm
Anak                     : 3 - 4 cm
Bayi                       : 1.5 - 2.5 cm
Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernapasan dengan jantung yang masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena kekurangan oksigen.
RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP )
Definisi :
Adalah bantuan pernapasan dan penekanan jantung dari luar yang diberikan kepada korban dimana gerak pernapasan dan denyut nadi telah terhenti.
Pada orang dewasa dikenal 2 ratio yaitu :
a.       15 kali kompresi dada berbanding 2 kali tiupan napas ( 15:2 ) bila penolong 1 orang.
b.      5 : 1 per siklus bila penolongnya 2 orang.
Pada anak dan bayi hanya dikenal dengan 1 ratio yaitu 5 : 1 ( 5 kali kompresi dada berbanding 1 kali tiupan napas )
Prinsip pertolongan RJP :
A : Air Way ( Jalan Napas )
B : Breathing ( Pernapasan )
C : Circulation ( Sirkulasi )
Sebelum melakukan RJP pada penderita, penolong harus :
  1. Menentukan tidak adanya respon
  2. Menentukan ada tidaknya pernapasan
  3. Menentukan ada tidaknya denyut nadi
Cara menemukan Nadi Karotis :
  1. Letakkan 2 jari pada bagian jakun penderita.
  2. Geser 2 jari tersebut kearah anda, berhentilah pada lekukan antara jakun dan otot leher.
  3. Raba nadi antara 5 – 10 detik.
Jika denyut nadi tidak teraba lakukan RJP
Teknik Kompresi dada pada penderita dewasa :
  1. Posisikan penderita, penderita harus berbaring terlentang diatas dasar yang keras. Misalnya dilantai dan jangan dikasur.
  2. Bebaskan pakaian disekitar dada penderita.
  3. Posisikan diri penolong pada salah satu sisi penderita. Upayakan senyaman mungkin. Kedua lutut penolong dibuka kira – kira selebar bahu penolong.
  4. Tentukan titik pertemuan lengkung iga kiri dan kanan dengan cara meraba lengkung iga paling bawah geser sampai bertemu dengan tulang iga sisi berlawanan.
  5. Tentukan titik pijatan dan titik pertemuan kedua lengkung iga tersebut, lalu diukur 2 jari keatas pada garis tengah tulang dada.
  6. Letakkan tumit tangan lain disebelah atas dari jari kedua tersebut.
  7. Bagian yang menekan adalah tumit tangan, tangan yang bebas diletakkan diatas tangan satunya untuk menopang.
  8. Posisikan lengan dan bahu penolong tegak lurus dengan tangan yang menekan.
  9. Lakukan Pijatan Jantung Luar ( PJL ). Jaga agar posisi tangan tetap lurus, beriakn tekanan yang sesuai dengan keadaan penderita. Pada saat melepaskan tekanan jangan sampai tertahan, tetapi jangan sampai bergeser dan terlepas dari titik tekan tersebut.
Catatan untuk pelaksanaan RJP :
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan pada penderita, diantaranya :
1.      Saat melakukan Pijatan Jantung Luar, mintalah bantuan seseorang untuk menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
2.      Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan bantuan pernapasan.
3.      Reaksi manik mata mungkin akan berangsur – angsur membaik.
4.      Warna kulit penderita akan berangsur – angsur membaik.
5.      Penderita mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
6.      Nadi akan berdenyut kembali.
Cara Melakukan RJP ( Resusitasi Jantung Parung )
Dengan menentukan titik kompresi ditambah dua jari diatasnya, letakan tumit kunci tekan dengan kekuatan 2 lengan, kecepatan 80x/menit dan kedalaman 4-5cm. 1 Siklus 15 pijatan 2 kali tiupan.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi saat melakukan RJP :
  1. Patah tulang dada dan iga.
  2. Bocornya paru – paru (Pnemotoraks)
  3. Perdarahan dalam paru – paru/rongga dada ( hemotoraks )
  4. Luka dan memar pada paru – paru.
  5. Robekan pada hati.
Tindakan RJP dapat dihentikan apabila :
  1. Penderita pulih kembali.
  2. Penolong kelelahan.
  3. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
  4. Jika ada tanda pasti mati, tidak usah lakukan RJP.
Langkah – langkah Resusitasi Jantung Paru :
  1. Respon/ASNT
  2. Minta bantuan
  3. Buka jalan napas ( tekan dahi angkat dagu )
  4. Lihat, Dengar, Rasakan ( LDR )
  5. 2 x tiupan cepat
  6. Cek nadi karotis
  7. Ambil posisi titik pijatan ( diatas 2 jari pertemuan tulang iga )
  8. 15 x pijatan
  9. 2 x tiupan
  10. Cek nadi karotis
  11. Lihat, Dengar, Rasakan ( LDR )
  12. Posisi stabil/pemulihan

Demikian Semoga bermanfaat.

Admin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Islam Mazhab QOM

PROGRAM KERJA KEPALA PERPUSTAKAAN SMPN 1 KODEOHA | Junait Blog