Tugas 3.1.a.9. Koneksi Antar Materi; Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 Mengajarkan anak berhitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik

(Mengajar anak-anak berhitung itu baik, tetapi mengajari mereka apa yang penting adalah yang terbaik)

=Bob Talbert=

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saya Junait, S.Pd., M.Si., Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SMP Negeri 55 Konawe Selatan (sebelumnya di SMP Negeri 2 Konawe Selatan) Kabupaten Konawe Selatan. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yaitu Bapak Giyanto, S.Pd.., M.Pd. dan Pengajar Praktik saya Bapak Saiman, S.Pd. yang selalu membimbing, mengarahkan, memberikan dukungan, dan mendampingi saya dalam mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini.

Melalui kesempatan ini izinkan saya membahas tentang Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin. Dalam Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu per satu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyan Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. 

Disadari atau tidak, ketiga nilai tersebut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Nilai Ing ngarsa sung tuladha, memberikan pengaruh nyata terhadap peran guru sebagai teladan di garis depan. Selaras dengan nilai ini, seorang Calon Guru Penggerak (CGP) hendaknya menjadi teladan dalam menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan yang dilakukan tentu dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Bentuk nyata pengaruh nilai ini adalah sosok CGP yang mampu menggerakkan ekosistem ke arah lebih baik.

 

Hal ini juga berlaku pada nilai Ing madya mangun karsa. Nilai ini mengingatkan bahwa seorang CGP harus mampu membangun motivasi diri dan orang lain untuk melakukan pengambilan keputusan yang tepat. Berlandaskan nilai ini seorang CGP bisa berbagi semangat untuk terus bergerak. Gerakan yang dilakukan berupa ajakan kepada guru-guru lain untuk bersama-sama bergerak. Di sinilah nilai ini memengaruhi jiwa kolaboratif pada diri CGP dan guru lainnya.

 

Sedangkan nilai Tut Wuri Handayani memengaruhi CGP dalam hal memberikan dukungan. Seorang CGP selayaknya menjadi pendukung dalam penerapan pengambilan keputusan dengan tepat dalam ekosistem pendidikan. CGP bisa memberikan dukungan berupa ide, gagasan, dan masukan dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, juga bisa berupa pemberian opsi trilemma berupa ide kreatif dalam pengambilan keputusan. Sudah seharusnya, CGP senantiasa tergerak untuk menemukan ide kreatif ini.

 

Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Kita hanya perlu membimbing segala yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan agar anak dapat berproses dan berkembang. Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam suatu keputusan yang tidak dilema etika. Tentu ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang sering dikenal dan dapat digunakan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini sering membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah:

·         Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

·         Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

·         Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai penghargaan, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter, perilaku dan panduan dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan risiko yang paling minimal bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita Untuk membuat keputusan berdasarkan etika, nilai yang diperlukan untuk visi, budaya dan nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

3.  Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'pelatihan' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya .

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilitator telah membantu saya mengajukan keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan.

Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya . Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya . Pentingnya pendekatan coaching yang dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menemukan potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi tahu pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,

Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu menemukan suatu permasalahan dengan teknik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dalam melaksanakan proses pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berinteraksi sosial. Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara penuh (mindfull), terutama dengan sadar dengan berbagai pilihan, konsekuensi yang akan terjadi, dan meminimalisir kesalahan dalam pengambilan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan seluruh keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi dan mengambil keputusan dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang sepenuhnya dapat mengakomodir kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat membimbing muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan Pikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip "melakukan demi orang banyak, menjunjung tinggi prinsip-prinsip/ nilai-nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan melakukan kita.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan pada situasi dilema kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih, dan lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi yang benar-benar lawan atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dan berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil keputusan kita harus menganalisis pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, dan nyaman untuk muridnya. Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif , aman dan nyaman.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilakukan untuk mengambil keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang sulit yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan /kendala yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak melibatkan guru atau warga sekolah lainnya, sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut, kita tidak memiliki pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan/ sekolah,, adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang kental dalam budaya di lingkungan menimbulkan rasa panggang lebih dominan dan terburu-buru dalam pengambilan keputusan

Pilihan kesulitan di atas selalu kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sampai keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekakan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan murid.

9.  Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat  mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya ?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar-benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan membimbing murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan murid di masa nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan kesejahteraan murid untuk masa depan yang lebih baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Dalam melaksanakan proses pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak terbatas pada murid, keterampilan coaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait masalah yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri, kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar (mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Islam Mazhab QOM

PROGRAM KERJA KEPALA PERPUSTAKAAN SMPN 1 KODEOHA | Junait Blog